Pecandu Rasa
Rinduku menggebu pada garis waktu
Yang menghantarkan wajahmu pada peraduanku
Sedangkan rindumu terseok pada persimpangan jalan berliku
Mengalah pada jarak yang membunuh rasa tanpa ragu
Lalu menjelma menjadi pecahan algoritma tak terhingga
Tersusun rapi membentuk himpunan semesta
Dan kau tetap sama seperti kurva mengacuhkan angka
Bukankah kau ada karena hadirnya
Sebuah keniscayaan di mana rindu tak selalu hadir
Ia hanya mengambang di lautan kenangan suka dan duka
Yang lambat laun tenggelam di samudera nostalgia
Kemudian hilang tak bernama
Engkau di mana?
Kebisuan dalam Sajakku
Kata perkata kurangkai
Berharap ada yang dengarkan kataku
Walau akhirnya kutahu kataku ini bisu
Telah kurangkai berjuta sajak lara
Ku buat agar menyudutkan hatimu
Engkau tetap tidak peduli
Akan diriku yang hampa ini
Sepucuk surat lusuh kutemukan
Berisikan siapakah dirimu sebenarnya
Penaku pun tak mampu melukiskannya
Setelah aku memahami bahwa engkau cuma bayangan semuku
Rintihan di Ambang Senja
Masih ingin kulukiskan
Beberapa hal yang bisa terkenang
Seakan kebahagiaan kan selalu bertandang
Kini cahaya tak bisa terlihat lagi
Perjalanan pagi hilang telah selesai
Senja pun pergi; usai
Walau berganti untuk kembali
Bersama awan putih terbawa angin
Luka lara, merintih ibarat kemarin
Menghunus dada tersiksa lahir batin
Akankah cintanya kembali terjalin
Bila diri ini tak berarti lagi
Biarkan! Dan relakan saya pergi